Yap, benar. Aku ikut magang, tapi lewat virtual. Aku daftar di program magang Cerivitas, dan terpilih untuk dipekerjakan. Kesan pertama adalah “wow aku bakal kerja dan bisa ketemu orang baru!”. Di pos ini, aku akan menceritakan pengalamanku magang di komunitas belajar anak-anak.
How it started
Wait, you’re a teenager, not a kid? How does you “magang di tempat bocah”?
Jadi, ini semua berawal di tahun 2017, when my mom search for komunitas online untuk belajar anak. Waktu itu, aku lagi ambisius pengen belajar coding, karena aku tertarik untuk bikin program laptop. Long story short, my mom menemukan Cerivitas dari salah satu postingan di Rumah Inspirasi.
Waktu itu, Cerivitas masih berfokus di bidang teknologi, lebih tepatnya coding Minecraft. Aku masih ingat, pertama kali ikut code jam di Discord, menggunakan CodeCombat. That was such a fun experience. Lalu di sekitar akhir 2017 aku mulai membuat website di projek Ocean Adventure. Lalu aku bikin audiobook. Dan terakhir aku ikut proyek menulis #seberangdunia.
Fast forward ke 2022, aku sudah lama tidak ikut projek Cerivitas. Karena yaa termasuk tua, karena main audience-nya kan anak kecil yang sedang belajar menulis, jadi sudah “leave”. Tapi, di akhir desember Cerivitas membuka kesempatan magang, dan range umurnya ternyata aku masih masuk. Karena pengen nambah pengalaman buat CV, aku langsung contact Tante Sari.
Sebelum ngomong soal tugas, let’s start with talking about masalah teknis. Jadi, di magang ini, kami menggunakan Gather, sebuah platform berbasis web, yang memungkinkan semua orang untuk membuat “kantor virtual” mereka sendiri yang customizeable. Jadi, di sini kita akan direpresentasikan dengan avatar/karakter yang bisa mondar-mandir dan berkomunikasi dengan coworkers yang lain layaknya dunia nyata.

Di Gather, kita juga bisa video call, voice chat, bahkan main (ada sarana buat main multiplayer). Endless possibility sih.
Jobdesk
Hari pertama magang, aku bersama dengan 5 rekan kerja mulai briefing pertama. Di hari ini Tante Sari memperkenalkan diri, dan menunjukkan beberapa powerpoint mengenai Cerivitas. Beliau menjelaskan bagaimana Cerivitas terbentuk, dan perjalanannya dari tahun 2015 hingga sekarang.
Awalnya, Cerivitas itu fokus ke membuat blog matematika, lalu pindah fokus ke coding, baru pindah fokus ke bidang tulis-menulis.
Jadi, apa yang akan kami lakukan di magang ini? Dari slide presentasi dapat disimpulkan bahwa kami akan ditugaskan untuk merapikan terbitan buku-buku Cerivitas yang sebelumnya sudah pernah diposting, karena “berceceran” alias tidak tersusun. Ada yang di Google Play Books, ada yang hanya di Facebook, dan segala macam yang lain.
Tugas pertama yang kami lakukan adalah mengirimkan email untuk peserta talkshow. Jadi, Cerivitas rutin mengadakan talkshow dengan beragam topik, nah untuk itu diperlukan konfirmasi peserta yang akan hadir di meeting tersebut. Dari kegiatan itu aku dapat ilmu baru, yakni untuk tidak terlalu sering mengandalkan fitur CC/BCC di email, karena biasanya akan masuk ke folder spam (di akun email penerima).
Minggu ke-1
Di minggu ke-1 itu, untuk aku pribadi tugasnya adalah riset tentang komunitas anak yang ada di Indonesia. Dari riset tersebut dapat disimpulkan bahwa ternyata banyak komunitas belajar anak yang ada di Indonesia, hanya saja kebanyakan harganya jauh lebih mahal dan lebih terlihat komersil. Sementara itu, untuk yang non-profit biasanya lebih banyak mengadakan pertemuan di dunia nyata untuk melaksanakan kegiatannya.
Minggu ke-2
Minggu ke-2, yakni dari tanggal 12-16 Desember, aku diminta untuk mengsetup WordPress yang ada di domain cerivitas.com. Jadi, pada awalnya, Cerivitas sudah punya situs dengan domain sendiri, tapi karena masih terbuat dari HTML & CSS (pure coding), sementara Tante Sari butuh fitur yang ada di WordPress (sebetulnya bisa menggunakan framework, tapi itu hassle banget), jadi domainnya harus diinstal dengan CMS WordPress.
Disitu aku banyak belajar, mulai dari melihat control panel hostingan yang berbayar, serta belajar mengenai konfigurasi HTTPS di suatu website. Menurutku, untuk kerjaan teknis, momen ini merupakan momen yang paling remarkable dari keseluruhan magang.
Selain menginstal WordPress, aku juga diminta untuk mencari plugin SEO. Awalnya aku menggunakan Yoast SEO, tapi setelah beberapa waktu plugin ini jadi nagware, jadi notifikasinya ngespam di dashboard WP, dan hal ini mengganggu. Akhirnya aku putuskan untuk menghapus plugin ini dan menggantinya dengan Jetpack, plugin buatan WP untuk mengatur hal semacam ini.
Tidak lupa juga aku diminta untuk “meniru” tampilan situs Cerivitas yang baru ini agar mirip dengan situs cerivitas.wordpress.com, dan diimprove. Setelah 3 hari berkomunikasi secara konsisten, akhirnya aku selesai, meskipun aku tidak memindahkan pos-pos lama dari sana.
Minggu ke-3
Minggu ke-3, dari tanggal 19-23 Desember, yang aku lakukan lebih banyak ke dalam pengisian konten blog. Meskipun pada akhirnya hanya tiga artikel yang jadi, tapi ketiga artikel tersebut panjang-panjang, jadi perlu waktu yang lumayan banyak untuk diresearch.
Aku juga berkenalan dengan coworkers yang lain di minggu ini. Mulai tau bagaimana cara membuka obrolan dengan jokes. Mulai tau bagaimana cara nge-ghost alias menghilang dari percakapan tanpa membuat orang tersebut merasa dikacangin xD.
Minggu ke-4
Minggu ke-4, dari tanggal 26-30 Desember, tugas yang diberikan tidak banyak, jadi aku mulai bereksperimen di situs (lagi). Kali ini, aku menginstal plugin compressor image (TinyPNG) dan juga membuat menu navigasi di situs Cerivitas. Bisa dibilang di minggu ini aku melakukan improvement minor, tapi berpengaruh besar bagi keberadaan situs.

Aku juga mengetes plugin feed, agar komunitas alias penulis cilik yang mengikuti Cerivitas, nantinya pos-pos mereka bisa terbit di halaman Community yang ada di situs Cerivitas. It did work, tapi sampai magang selesai, aku belum tahu bagaimana kelanjutan dari percobaan ini. Tapi sistemnya sudah siap untuk digunakan kapan saja jika Tante Sari mau.
Di hari terakhir minggu ke-4, aku belajar mengunggah buku ke Play Book melalui Partner Center. Ternyata lebih gampang dari yang kuperkirakan, karena tinggal cetak-cetek mengisi identitas buku. Jadi, menerbitkan buku di Play Books tidak harus punya ISBN, bisa menggunakan ID yang disediakan oleh Google. Dan, jika kita tidak ingin menjualnya dengan harga tertentu (alias gratis), kita tidak perlu memasukkan informasi rekening bank yang dipunya.
Dari sini, aku jadi terpikir untuk melanjutkan cerita Detektif Aji dengan plotting baru (dan versi yang lebih bagus). Nanti mau aku publish sendiri ah.
Minggu ke-5
Kok sampe minggu ke-5?
Itu juga menjadi pertanyaan bagi diriku sendiri. Ternyata, di minggu ke-1 itu tidak dihitung magang karena hanya ada satu tugas yang dikerjakan, yakni mengirim email ke peserta talkshow.
Di minggu ini, ugas yang diberikan untuk diriku hanya satu, yakni membuat halaman tentang penulis dan dikumpulkan menjadi satu di halaman Authors. Terlihat mudah, namun sangat repetitif. Dari riwayat yang diberikan, terdapat 137 orang yang pernah mengikuti proyek menulis di Cerivitas, dan semua itu mesti dibuatkan halaman “About Me” nya masing-masing. At first I thought “Ah gak bakal selesai ini sampe magang habis, apalagi waktu magangnya tinggal seminggu,” ucapku dalam hati. Tapi Tante Sari berkata “udah kerjain aja, sejauh yang kamu bisa aja,”
Jadi, aku lebih rileks dalam mengerjakannya. Di beberapa penulis pertama, aku agak struggle karena belum terbiasa dengan styling WordPress yang cepet-cepet. Tapi, lama-kelamaan, aku jadi terbiasa. Muscle memoryku mulai terbentuk, dan akhirnya aku ngerjainnya sat-set-sat-set.
Dan, apa yang awalnya aku kira impossible menjadi kenyataan. Di hari jum’at, tanggal 5 Januari, sekitar jam 17.30 aku berhasil menyelesaikan 138 halaman penulis, dan memindahkan linknya satu-satu ke halaman kumpulan authors.
Pros and cons
Setiap kegiatan yang kita lakukan di muka bumi ini pastilah mempunyai pro dan kontranya masing-masing. Hal yang paling kusukai dari magang ini adalah betapa fleksibelnya waktu bekerja. Jadi, kalau misalnya tidak bisa untuk kerja di jam tertentu (jam 16-18 misalnya), maka asal ada notice ke Tante Sari, kita bisa bekerja di lain waktu untuk menggantikan waktu ini.
Hal yang kurang kusukai dari magang ini adalah tugas yang kadang kurang diperjelas, sehingga perlu confirm back and forth dengan Tante Sari supaya tujuannya sama dan ekspektasinya sesuai.
Selain itu, fitur yang ada di Gather (tempat kantor) tidak terlalu dipakai secara maksimal. Seharusnya, karena Gather itu mirip seperti “tempat kerja virtual”, kita bisa memanfaatkan fiturnya to the max. Misalnya, ada jam istirahat dan kita bisa saling bermain games.
Kesan
Karena ini adalah pengalamanku pertama kali dalam magang, aku tidak bisa membandingkannya dengan pengalaman bekerja yang lainnya. Tapi, overall, cukup menyenangkan untuk melakukan hal yang baru seperti ini.
Yang bisa aku pelajari dari magang ini adalah skill untuk management time. Jadi, karena aku bukanlah orang yang free, karena masih sekolah, aku jadi bisa memanage waktu dengan lebih baik. Pada saat minggu pertama dan terakhir magang, sekolahku masuk, dan pulang jam setengah empat.
Btw, pergi & pulang dari sekolah aku menggunakan sepeda, tapi itu tidak terlalu berpengaruh pada waktu tempuh. Memang sekolahnya aja agak kelamaan, sampe jam 15.30 an. Sampe di rumah jam 15.45 an, dan itu langsung buru-buru mencuci bekas bekal & botol air minum. Baru habis itu gercep mandi, dan nyalain laptop. Fortunately laptopku sudah terpasang dengan SSD, jadi nggak perlu khawatir lagi soal loading yang lama.
Dari sisi teknis komputeran, tidak terlalu banyak kendala yang aku hadapi. Kecuali satu, ketersediaan kuota. Karena dirumahku belum memasang Wi-Fi, aku masih hotspot data seluler dari hape. Dengan kegiatan upload-mengupload yang dilakukan, maka habis-lah kuota ini wkwk. Jadi, biaya yang kubayar untuk kuota adalah lebih dari Rp100k.
Now let’s go to the coworkers section. Ada 5 rekan yaitu Aina, Nayla, Salma, dan Veasa. Aku paling sering ngobrol dengan Aina, karena selera humornya (kadang2) nyambung. Like the siomay joke where basically she bought & eat siomay everyday beli di Gojek, gara-gara suatu waktu aku pernah joking soal beli makanan di GoFood.
Selain itu, aku juga suka ngotak-ngatik item di Gather. Karena ada permission, aku bisa menjadi builder. Aku menaruh tempat es krim di tengah “meja konferensi bundar” and we laughed at it. Lucu juga bisa membuat candaan dari hal simpel seperti itu.
Yang paling berkesan di magang ini adalah kondisi magang yang nggak seperti magang. Sangat santai (bukan ga ada kerjaan yaa) karena job yang diberikan sesuai dengan kemampuan diri, dan menurutku itu adalah hal yang paling penting dalam melakukan apapun; enjoy dengan lingkungannya.
Hope for the future
Kedepannya, aku berharap Cerivitas bisa memperluas audiencenya, supaya anak-anak yang besar pun bisa ikut. Karena, dari pengalaman aku bergaul dengan teman-teman di sekolah, banyak yang masih belum bisa menulis cerita fiksi, bahkan mengumpulkan idenya saja masih kebingungan.
Tentu saja memperbesar target audience membutuhkan sumber daya yang lebih besar. Dari magang ini, aku menjadi tahu bagaimana sosok Tante Sari sebenarnya, yakni workaholic & ambitious xD. Ini seperti pisau yang bermata dua. Di satu sisi, anak-anak yang mengikuti projek yang diselenggarakan Cerivitas akan merasa sangat accomplished karena dibimbing satu-satu, dan hasil yang dikeluarkan pun juga maksimal (baru pas saat magang aku mengetahui bahwa Tante Sari mengedit & membimbing setiap anak satu per satu, that’s a whole dedication!).
Di sisi lain, aku merasa kasihan melihat dari kesibukan beliau setiap hari, selain sebagai ibu rumah tangga, juga sebagai freelancer di salah satu kantor di Indonesia. Sebagai seorang freelancer, hal ini bisa berarti dua; freedom untuk bekerja, namun sedia untuk dipanggil kapan saja. Pasti sulit untuk manage waktunya yak..
Untuk diriku sendiri, kedepannya aku mau untuk meningkatkan skill berkomunikasiku dalam bekerja secara tim, supaya tidak terjadi miskomuikasi. Selain itu, aku juga harus lebih berinisiatif, walau tetap memikirkan risiko apa yang akan terjadi.
Menurutku, projek magang ini harus terus dilanjutkan. Why? Short answer: kemaren aku ninggalin website dalam kondisi yang masih agak kurang SEO friendly, karena sibuk impor konten dari Cerivitas WordPress.
Jawaban versi panjangnya seperti ini:
Karena setiap tahun anak bertumbuh, sementara age requirements untuk magang tetap, maka pasti ada yang jadi eligible atau malah jadi non-eligible untuk ikut magang. Nah, dari pengalaman bekerja dengan mereka, Tante Sari bisa memilih orang yang dianggap ‘pas’, dan mungkin bisa menjadi partner untuk menjalankan Cerivitas.
Kalau magang ini memang mau dilanjutkan di tahun ini (2023) dan seterusnya, aku berharap Tante Sari bisa lebih strict terhadap waktu magang. Dalam perjanjian awal, tertulis bahwa magang akan berlangsung selama satu bulan. Pada kenyataannya, magang ini mulai pada tanggal di perjanjian, namun baru berhenti di tanggal 8 Januari 2023, satu minggu setelah prakiraan waktu magang.
Kenapa hal ini bisa terjadi? Well to make things simple, basically waktu awal desember banyak sekolah yang masih belum libur karena ulangan dan class meeting, jadi magang gak bisa mulai. Padahal ujung-ujungnya juga tetap menabrak jadwal sekolah, karena sekolahku sudah mulai masuk semester baru tanggal 2 Januari, jadi selama seminggu magang “agak nabrak” dengan jadwal sekolah.
Another thing to considered is about the task assignment. Untuk task yang diperkirakan akan memakan waktu lama, sebaiknya sudah diberikan sejak awal magang, meskipun low-priority. As deadline approached, barulah prioritas task dinaikkan. Dari pengamatan setiap hari di TO-DO list, aku tidak menemukan task yang “diprioritaskan dengan baik”. This leads to “salah fokus tugas”.
Terakhir, aku ucapkan terima kasih untuk semua pihak yang mendukungku dalam magang ini, mulai dari ibuku, teman sekolahku, Tante Sari, dan juga coworkers di sini. Nice to meet you guys.
Bye, sampai jumpa di pos lainnya.
Leave a Reply