Ulangan adalah ‘moment of truth’ yang akan dialami oleh seluruh siswa pendidikan formal di Indonesia. Dengan dalih mengukur kemampuan siswa, ulangan berhasil menjadi salah satu kegiatan pengukur keberhasilan hidup sebagai seorang pelajar Indonesia.
Dari kecil sampai besar selama masih di sistem pendidikan formal di Indonesia, kita akan bertemu PAS (Penilaian Akhir Semester) pada 1 atau 2 minggu sebelum 1 semester habis & bagi rapot.
Anak kecil khususnya siswa SD kelas 1 akan merasakan ulangan pertamanya bulan ini. Mungkin mayoritas dari mereka sekarang sedang penuh dengan harapan ‘mendapat nilai bagus’ karena sudah belajar dengan sungguh-sungguh. Of course, the truth aren’t as beautiful as expectation. Sudah banyak kasus anak stres gara-gara soal ulangan ga sesuai apa yang dipelajari.
This leads to a simple question: Apakah materi yang diajarkan sesuai dengan materi yg keluar di ulangan? Well, maybe that’s too technical. Let’s go with an even more simpler question: apakah pembelajaran sehari-hari itu efektif?
To answer these two questions, we need to look at the reality. Seingat saya, waktu masih menempuh SD karena masa peralihan dari KTSP ke Kurtilas, banyak pelajaran yang miss alias lupa diajarkan, sehingga ya ulangannya kurang maksimal.
Anak SMA juga mengikuti ulangan. Banyak pelajaran yang diujikan, bisa sampai 15an. Saking banyaknya sampe2 ujian seminggu pun ga cukup (padahal 1 hari 3 mapel yg ulangan). Hasil ulangan biasanya tidak diumumkan ke siswa, hanya membaur dalam bentuk nilai pengetahuan & keterampilan di rapot. Kalo pengalamanku pribadi ya pernah, tapi itu ketika zaman Covid di MTs.
Let’s say you got 95+ points dari ulangan semua mapel. Belum tentu nilai di rapot itu 90, karena after all, penilaian siswa baru2 ini dikembalikan lagi kepada guru secara penuh. Jadi kalau gurunya suka kepada murid itu, yaa mungkin ada penambahan sukarela😅 (ngga suudzon, tapi hal ini mungkin terjadi kan…)
Tahun ini terjadi peralihan dari Kurtilas menuju Kurikulum Merdeka besutan Mas Nadiem selaku Mendikbudristek. Perubahannya bisa dibilang drastis, sama seperti perubahan KTSP ke Kurtilas dulu. Apa yang berubah? Everything. Mulai dari administrasi guru, sampai mapel2 yang diajarkan, bahkan sekarang ada ‘level’ atau tingkat penerapan kurikulum ini. Jadi bisa dikatakan bahwa tidak semua sekolah siap untuk perubahan besar ini. You can read about this online.
As expected, SMAku belum menerapkan Kurikulum Merdeka, mereka baru ‘akan’ menerapkannya tahun depan. Jadi, ulangan semester ini masih memakai Kurtilas revisi, yang materinya masih banyak. Menurutku, materi yang paling sulit adalah kimia, karena tidak bisa dibayangkan secara visual oleh otakku. How does ikatan kovalen look like? Hanya ada beberapa gambar di buku paket yang bukannya memudahkan pemahaman, malah menimbulkan pertanyaan yang lebih banyak.
Personally, Aku ga pernah sepenuhnya siap mengikuti ulangan. Pasti ada aja yang loss. Semoga di UAS kali ini persentase yang ‘loss’ bisa berkurang menjadi sekitar 5%< agar nilainya tetap diangka 90 ke atas.
Jikalau melihat status pelajar malam ini (malam senin; malam ulangan ke-1), banyak macam status yang dipublish. Tapi dari semua itu, Aku bisa menyimpulkan bahwa mereka mau dapat nilai bagus tapi malas buka buku. Ga salah juga sih, karena memang itu tantangan yang harus dilewati, namanya di sistem flawed begini, ya harus ngikut aturan.
I agree with the ‘mager belajar? ga usah buka buku’ part, because malam ulangan belajar itu udah ga terlalu berguna menurutku. Palingan hanya beberapa yang nyantol di otak, sisanya hilang bagaikan abu ketika ulangannya selesai.
What’s the conclusion? Ya kita mesti hadapi ujian & cobaan ini🤣 dengan penuh do’a biar lancar.
Good luck ulangannya ya… Bagi yang gak ulangan, jangan ganggu anak2 yang mau ulangan, biar mereka fokus belajar sksnya. See you guys after ulangan, karena Aku punya beberapa projek menarik untuk dikerjakan selama liburan akhir tahun..
Leave a Reply