Design a site like this with WordPress.com
Get started

Simulasi – Satu Semester #17

Sesuai judulnya, liburku telah habis, dan kembali memulai pembelajaran jarak jauh. Namun, tiba-tiba saja pemerintah mengumumkan bahwa sekolah di zona hijau dan zona kuning juga akan dibuka. Aku kaget. Kenapa zona kuning ikut-ikutan dibuka? Kan masih banyak daerah yang zona kuning di Indonesia. Ditambah lagi, secara mistis seluruh kota maupun kabupaten di Provinsi Banten (tempatku tinggal) mendadak berubah menjadi kuning.

Apakah ini ada hubungannya dengan usaha pemerintah agar ekonomi tetap berjalan? Agar sopir angkot tetap dapat penghasilan? Menurutku tidak juga, karena walaupun sekolah belum dibuka, angkot tetap penuh dengan orang-orang yang pergi maupun pulang dari kerja. Atau karena orang-orang yang berjualan di kantin sekolah? Tidak juga, peraturan untuk buka sekolah (yang ditulis oleh pemerintah) menuliskan bahwa kantin sekolah tidak boleh dibuka, karena menjadi tempat anak-anak berkumpul.

Sampai akhirnya tibalah daerah tempat tinggalku untuk pembukaan sekolah. Gosip tetangga akhirnya membahas mengenai hal itu, masing-masing berargumen dengan argumennya sendiri, ada yang setuju, ada yang tidak. Bahkan di masjid pun obrolannya mengenai hal itu. Sangat semangat seperti ketika pembahasan mengenai pemilihan presiden.

Hari itu pun tiba. Aku memakai baju seragam sekolah untuk pertama kalinya setelah satu semester. Itu alasannya aku menamai cerita ini satu semester. Oiya, sedikit info, karena satu semester sudah terlewati, maka aku akan menamatkan cerita ini sebentar lagi. Tenang, masih ada cerita lain kok yang akan aku posting di All About Disil.

Ok, mari kita lanjutkan cerita. Aku berangkat ke sekolah menggunakan sepeda. Kenapa? Karena aku masih ragu akan kebersihan dan protokol kesehatan yang ditetapkan di angkutan umum yang ada di sekitar lingkunganku. Aku sering melihat angkot itu penuh sampai sekitar 10 orang didalamnya.

Setelah tiba di sekolah, suhu tubuhku diperiksa oleh petugas penjaga gerbang sekolah dengan menggunakan sebuah alat. Aku lupa namanya. Habis itu, aku disuruh untuk segera masuk kelas. Kelas sudah disusun secara rapi, yakni hanya ada 18 kursi dan meja didalamnya. Suasana menjadi lebih lega dan memberikan feeling yang lebih segar.

Sekitar setengah jam kemudian, guruku masuk, dan menyuruh semua siswa untuk mencuci tangan. Aku menerapkan jaga jarak ketika mencuci tangan, namun teman-temanku, malah berebut didekat wastafel. Kan percuma ada spanduk besar di depan sekolah yang bertuliskan “pakailah masker dan lakukan jaga jarak”.

Kesimpulanku dari satu hari masuk sekolah ini adalah, guru lebih fokus memperhatikan protokol kesehatan, akhirnya materi menjadi ketinggalan. Makanya, lebih baik tetap PJJ, karena guru hanya akan fokus di pemberian materi dan tugas.

Sampai sini dulu ceritanya ya, nanti dilanjutkan di seri berikutnya. Terima kasih telah membaca, and see u next time!

Advertisement

3 responses to “Simulasi – Satu Semester #17”

  1. eh ini sebenernya cerita fiksi apa non fiksi xD kamu udh sekolah lg sat? apa masih di rumah? iya di angkot tuh rawan banget ya :( untung kamu punya sepeda hehe

    Like

    1. g tau tante ini cerita fiksi atau non fiksi xD, awalnya pengen fiksi, tp ternyata banyak peristiwa yg diambil dr kisah nyata haha. Aku blm sekolah kok tante

      Liked by 1 person

      1. ehehe gpp kok, seruu xD keep writing ♥️

        Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Create a website or blog at WordPress.com

%d bloggers like this: