Design a site like this with WordPress.com
Get started

Pengalaman jualan di bazar sekolah

Hut RI ke-77 memang megah, mengingat 17 agustusan tahun ini adalah yang pertama bisa rame-rame semenjak pandemi Covid19 melanda. Di hari bersejarah ini sekolahku mengadakan upacara bendera dan bazar makanan & minuman. Sebagai seorang anak yang ga pernah & malu untuk jualan di sekolah, ini adalah kesempatan yang bagus untuk mulai jualan. Sebetulnya ada kegiatan lain, yakni lomba bakiak & tarik tambang, namun karena aku ga bisa olahraga, jadi ya ngga mau ikut daripada kalah (spoiler alert: kalah)

Karena yang membuat bazar itu sekelas, maka yang punya tugas untuk menghias pun (secara etis) sekelas. Aku membuat menu menggunakan kardus yang dilapisi dengan karton hitam, serta ditempel2 dengan gambar makanan yang akan dijual. Kenapa pake kardus dan karton hitam? Biar stand out dari poster yang lainnya. Ada juga sih yang hanya diam di tempat duduk dan main hape, but let’s just ignore those people now.

Bazarnya dimulai dari jam 8 pagi (setelah upacara bendera) sampai siang sekitar jam 12. Mempersiapkan stand bazar tidaklah mudah. Satu kelas hanya diberikan 3 meja kecil dan satu rak sepatu yang berfungsi sebagai tempat untuk menaruh barang. Menu yang akan dijual oleh kelas aku banyak; contohnya bakso bakar, es teh, usus crispy, risol mayo dan lain sebagainya. Kelas lain jualannya lebih mewah, apalagi kakak kelas yang kelas 12. Mereka bahkan jualan nasi uduk dengan berbagai macam lauk. Bahkan ada yang bawa kompor gede ke sekolah. Niat betul.

Kesalahan yg kami lakukan pada hari pertama adalah tidak menyediakan taplak meja. Kesannya seperti sebuah tubuh yang di bagian atas menggunakan baju dan dekorasi yang meriah, sementara di bawah tidak ada penutup meja (kayak telanjang ga pake celana). Take a look at this image, and ignore orang yang berpose dan menggunakan headband merah putih yak:

foto stand kelas X IPA 6 didepan tim penjual
Stand bazar X IPA 6 hari pertama

Penilaian bazar dilakukan berdasarkan kebersihan dan kerapihan stand. Menurut aku kalau masalah kebersihan memang agak susah, karena tepat di samping stand kami ada tong sampah (yang tidak bisa digeser karena dikurung besi). Apalagi banyak orang yang buang sampah kesitu, akhirnya jadi cepet penuh dan luber. Untungnya tong sampahnya tidak bau karena mayoritas sampahnya plastik bekas es, atau bungkus makanan yang kering.

Makanan ter-fav di stand kelas kami tentu saja risol mayo. Karena harganya hanya Rp.1500 per pcs, dan Rp.5000 4pcs. Anak2 yang lain sudah bertanya lagi ke lisa (yg bawa risol mayo), dan katanya tetep untung, krn modalnya Rp.1200an. Wajar saja jika risol di stand kami langsung diserbu dan habis dengan cepat, mengingat stand lain juga jual risol tapi harganya 2000an.

Aku sendiri tentu saja mencoba risol mayonya, dan ketagihan. Isinya ga hanya sayuran, tapi juga ditambah telor. Walaupun ngga gede ukurannya, tapi untuk harga 1500 ya sangat worth it.

foto makanan yg disajikan diatas meja bazar
Detik-detik sebelum risol mayo habis

Setelah menata meja, langkah yang selanjutnya dilakukan adalah menjual makanannya. Promosi yang pertama adalah dengan aku dan seorang teman berkeliling antar kelas. Karena masih pagi (jam 9an) ya jadi nggak ada yang beli. Sudah keliling se-sekolahan hanya terjual 4 biji risol. The amount of awkward involved is unbearable yknow..

The surprising fact adalah meskipun kami menjual es teh yang expensive, yakni 5 ribuan, tapi banyak yang membeli. Mungkin karena kelas lain hampir semua menjual es kuwut, akhirnya the classic es teh manis malah jadi langka. Padahal esnya pake es balok yang you know…

Sekitar jam 10an aku mulai muak menungguin bazar. Aku berkata “gaes dagangannya kita jual di ruang guru gimana?”. Pada setuju, tapi pada dorong-dorongan. Akhirnya ada yang ngalah, ikut sama aku ke ruang cikgu jadi pedagang asongan. Teknik marketingnya adalah dengan menawarkan usus krispi sebagai ‘kriuk2’ untuk menambah cita rasa makanan yang sedang mereka makan, serta menawarkan bolen & agar-agar sebagai hidangan dessert. Trik ini bekerja, terbukti dari banyaknya ibu-ibuh yang langsung membeli 2-4 biji bungkus makanan.

Kelas kami termasuk salah satu yang selesai (dagangannya habis) duluan. Sebuah achievement yang bisa dibanggakan, mengingat kelas aku lomba tarik tambang & bakiak kalah.

3 cewek kelas gw lagi main bakiak
Perjuangan melawan musuh walaupun akhirnya kalah ;(

Suasana di hari ke-2 bazar kurang lebih sama seperti di hari pertama. Perbedaannya ada senam, jadi pembeli es teh menambah dengan signifikan. Selain itu, dagangannya pun lebih cepat habis dibandingkan sebelumnya, karena kami berkeliling sambil membawa pan dengan isi bakso bakar yang baru dibakar. Sayangnya agak missed opportunity untuk membuatnya menjadi atraksi, jadi bakso dibakar di tempat ketika ada yang pengen.

Di sisi lain fashion show kelas kami berjalan kurang lancar, akibat dari operator sekolah. Jadi, setiap peragawan/peragawati masuk ke lapangan dan berjalan di red carpet serta bergaya yang anggun. Nah, di kelas kita terdapat kesalahan, jadi ketika peragawati masuk ke lapangan, musik yang dipakai tidak berubah, malah melanjutkan dari musik yang sebelumnya. Akhirnya filsafat dari baju yang diperagakan (seharusnya dibacakan ketika peragawati sedang berjalan di lapangan) tidak jadi dibacakan. Mau protes bagaimana? Osis mau dilawan :V

At least udah tampil dan berusaha semaksimal mungkin :)

foto-foto setelah bazar dalam mood yang tidak terlalu bagus
Foto bersama setelah fashion show

So what? Udah ya sampai sini ceritanya. Berjualan di bazar sekolah itu chaos tapi fun. Apalagi setelah dihitung-hitung profit yang didapatkan mencapai 300 ribuan, rasa letihnya langsung hilang. See you on another post.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Create a website or blog at WordPress.com

%d bloggers like this: