Design a site like this with WordPress.com
Get started

es em ah

Sekolah sudah mulai. Aku memasuki jenjang SMA tahun ini. Pandemi covid yang sudah dianggap sebagai flu biasa membuat sekolahku ini menerapkan full day school, yakni belajar dari jam 7 pagi sampai jam 4an. Padat, ya karena materinya banyak, apalagi ditambah dengan kegiatan ekstrakurikuler.

Pos ini adalah pos terakhir dari serangkaian pos yang sudah saya pos secara konsisten setiap 3 hari sekali dari bulan juni-juli. Awalnya saya sangat punya tujuan yang sangat straight, yakni menyelesaikan semua draf pos yang pernah saya buat, karena pada saat itu saya berencana untuk masuk ke sebuah boarding school. Bahkan saya sudah membuat pos ‘Farewell’ yang akan dipublish sekitar awal juli.

Sayangnya, hasil medical checkup mengatakan hal yang lain. Saya didiagnosa mempunyai kristal di urin (salah satu gejala asam urat) serta leukositnya tinggi. Walaupun oleh dokter dibilangin ‘tenang aja, ini bisa kok masuk sekolah berasrama’– tapi tetap saja mengkhawatirkan. Bagaimana kalau nanti ada apa-apa pas disana, apa yang bisa sekolah bantu?

Singkat cerita, akhirnya saya memutuskan untuk masuk sekolah yang dekat rumah –well gak terlalu dekat juga, sekitar 2.4kilometer, tapi jelas lebih dekat dibanding MTs saya, jadi gak terlalu capek walaupun mengayuh sepeda.

Sudah sekitar seminggu aku masuk sekolah. Tidak terlalu berbeda, bahkan lebih banyak jamkos (jam kosong) dibandingkan ketika masih MTs. Transformasi dari sekolah madrasah ke sekolah umum juga membuatku agak ‘shock’ dengan pergaulannya. Karena di SMA ini mayoritas berasal dari SMP, maka orang madrasah & pondok menjadi siswa minoritas, dan sedikit kalah pamor.

Walaupun banyak jamkos, karena situasinya yang tidak kondusif, baik dari ada teman yang mengajak untuk main Uno/ludo/Stumble Guys, atau ada tugas yang tiba2 ada dari Whatsapp dan sebagainya, saya tidak bisa fokus membuat pos blog. Sebagai seorang pelajar memang sudah seharusnya pas jam pelajaran fokusnya ke pelajaran. Tapi ya tetap saja, ga mungkin bisa fokus belajar menghadap buku paket kalau tidak ada yang mengajari.

Distraction, istilah untuk ‘pecah fokus’. Awalnya niatnya ingin nulis pos di blog, liat nofif WA, ujung-ujungnya malah chat2an. Itu sudah terjadi selama 2 minggu berturut-turut ketika aku mau niat produktif menggunakan hape. Why hape? Well karena di sekolah cuma boleh bawa hape, instead of laptop. Entah kenapa kalo hape arahnya selalu ke entertainment, padahal kalo di laptop bisa produktif.

That’s it. Sudah habis yang mau aku posting. Btw, karena aku mengalami crisis identity antara penggunaan bahasa aku & saya, mulai pos-pos selanjutnya aku akan menggunakan gw jika cocok. Biar lebih cocok aja, karena pronoun ‘saya’ terlihat sangat resmi, sementara pronoun ‘aku’ terlihat kekanakan.

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Create a website or blog at WordPress.com

%d bloggers like this: