Design a site like this with WordPress.com
Get started

Detektif Aji #4 – 中国

Sampai di Bandara Internasional Guangzhou Baiyun, Cina, aku mencari alamat Mr. Yin. Letak rumahnya tidak terlalu jauh dari bandara. Setibanya di rumah Mr. Yin, aku bertemu anaknya. Anak Mr. Yin bilang bahwa ayahnya sedang pergi ke kantor.

Aku mencari penginapan di sekitar rumah Mr. Yin agar lebih mudah pergi ke rumah Mr. Yin. Sambil menunggu Mr. Yin pulang dari kantor, aku mencari tempat yang menarik yang ada di sekitar sini. Sayangnya tidak banyak pilihan yang bisa aku temukan. Aku memutuskan untuk pergi ke kebun binatang Guangzhou.

gambar muka panda

Setelah berkeliling di kebun binatang, sampailah aku pada bagian yang paling menarik, yaitu Panda, hewan terkenal yang menjadi maskot China. Yap, Panda tersebut sedang makan bambu, dan ia mempunyai anak yang kecil. Sangat menggemaskan. 

Aku membaca papan informasi yang berada di sana. Panda adalah seekor mamalia yang biasanya diklasifikasikan dalam kelompok Beruang. Panda adalah salah satu hewan yang sudah termasuk dalam golongan hewan dilindungi oleh pemerintah China. Makanan Panda seperti hewan herbivora, artinya sebagian besar makan tumbuh-tumbuhan, yakni bambu. 

Setelah membaca informasi tersebut, aku selfie dengan background Panda, lantas membeli topeng Panda dan Naga di toko souvenir. Setelah dipakai, ternyata lucu juga ya…

Setelah pergi dari kebun binatang, ternyata Mr. Yin belum pulang dari kantor. Aku memutuskan untuk makan Dimsum di sebuah restoran halal di sekitar tempat itu. Dimsum adalah makanan—yang sekilas mirip dengan Batagor atau Siomay di Indonesia. Bentuknyanya bermacam-macam. Ada yang dikukus dan ada pula yang digoreng. Biasanya dimakan sebagai teman minum teh. Rasanya sih  cukup enak! Cuma bagi yang muslim, wajib berhati-hati, karena ada beberapa jenis dimsum dibuat dari bahan yang tidak halal. Yap, memang ini adalah restoran Cina, dan mata uangnya berbeda. Ketika aku memberi uang dolar, mereka tidak mau, sehingga aku pergi ke money changer di sekitar sini untuk menukarkan uang dolarku dengan uang Renminbi (Yuan)

Ketika aku sedang di money changer, aku bertemu dengan seorang wanita yang keliatannya berasal dari Indonesia. Ia menukarkan uang Rupiah ke Yuan. Tampilannya agak mencurigakan karena dia seperti sedang mengamatiku. Aku buru-buru pergi dari money changer menuju restoran dimsum tadi. 

Pada saat menuju restoran dimsum, aku merasa ada orang yang mengikutiku. Aku bersikap waspada terhadap gerak-gerik orang itu.  

Akhirnya aku sampai di restoran dimsum. Orang yang tadi mengikutiku lenyap begitu saja tanpa meninggalkan jejak. Setelah membayar makanan di restoran dimsum ini, aku menghubungi nomor telepon Mr. Yin. Kami membuat janji untuk bertemu di salah satu kafe yang berada di dekat daerah itu.

Akhirnya aku menemui Mr. Yin. Aku segera menyapanya.

“Excuse Me, are you Mr. Yin?” aku memulai obrolan.

“Yes, who are you?” Ia bertanya dengan penuh keheranan.

“I’m a detective that assigned to search for lost manuscript from Indonesia. I heard that you has gived from Mr. Shoji that manuscript.” jawabku.

“Hmm, the manuscript… Aha! I’m remember. Previous day, I carried the manuscripts to my office. My boss look the manuscript and want to have the manuscript. I sold the manuscript to my boss, Mr. Ismet.

“Are you have contacts or something that can help me?”

“Of course! Here, this is his place. He lives in Istanbul.” ia sambil memberiku sebuah alamat dan nomor telepon.

“Okay, no problems. Thanks for helping me, good bye!” Aku pergi meninggalkan Mr. Yin.

Mr. Yin bilang bahwa ia menjual manuskrip itu ke bosnya, Mr. Ismet. Aku berpamitan dari rumahnya untuk segera menuju penginapanku, karena hari sudah mulai gelap.

    Oiya, aku melihat jalanan menuju penginapanku dari arah rumah Mr. Yin terlihat padat dan macet. Aku berusaha mencari jalan alternatif agar cepat sampai di penginapanku. Aku menanyakan kepada warga di sekitar sini jalan pintas menuju penginapan itu. Ada salah satu warga yang memberitahuku bahwa aku bisa melewati gang kecil. Aku mengikuti saran orang itu. 

    Gang kecil ini ketika malam hari tampak sangat gelap, karena gang ini adalah celah antara sebuah bangunan dengan bangunan yang lainnya. Ketika aku melewati gang ini, aku kembali merasakan ada sekelompok orang yang berusaha mengikutiku. Aku mempercepat langkahku, namun terlambat.

    Aku dihadang oleh sekelompok preman yang mempunyai senjata tajam. Aku mencoba melawan para preman tersebut dengan kemampuan dan senjata yang aku miliki. Karena mereka berjumlah banyak, sementara aku hanya seorang diri, aku akhirnya berhasil dikalahkan oleh sekelompok preman tersebut. “BRUUK…,” aku terjatuh dan pingsan.

“Dimana aku? Tempat apa ini?” aku terbangun. Aku mencoba menggerakkan tanganku, tapi tak bisa, karena ada tali yang mengikatnya. Bahkan kakiku juga diikat, aku benar-benar tidak bisa menggerakkannya. 

    Tiba-tiba muncul sekelompok preman yang tadi menyerangku. Tak lama setelah para preman itu datang, wanita yang tadi aku temui datang dengan memegang senjata di tangannya.

    “Siapa kamu? Dimana aku? Kenapa aku berada disini, hah…, lepaskan aku…, TOLOOONG… TOLOOONG…,” aku berteriak meminta tolong. Seketika wanita itu mendekatiku dan meminta para preman bawahannya untuk menodongkan senjata yang sudah terkokang kepadaku.

    “Tidak ada yang bisa membantumu, Aji…,” ia menjawab sambil tertawa terbahak-bahak.

    “Siapa kamu? Bukannya kau adalah orang yang tadi aku temui di money changer? Kejam sekali kau!” aku sebal dengan tertawa jahatnya itu. 

    “Aku?? hahahhaha…,” wanita itu kembali tertawa dengan terbahak-bahak. Aku semakin kesal terhadap wanita tersebut. Karena kesalnya dengan wanita tersebut, aku mencoba melepaskan ikatan tali yang mengikat tanganku. Namun ikatan tali itu terlalu kuat. 

    “Kau… Dimana manuskrip itu?” tiba-tiba ia bertanya dengan perasaan marah.

    “Manuskrip apa?” aku bertanya keheranan. Boro-boro manuskrip, ketemu gadis itu aja baru kali ini.

    “Jangan pura-pura tidak tahu Aji, DIMANA MANUSKRIP ITUU…,” ia berteriak kepadaku.

    “MANUSKRIP APA???” aku membalasnya dengan teriakan juga.

    “MANUSKRIP… Manuskrip Keluarga Qaf…,” tiba-tiba emosinya memuncak dengan wajah dingin.

“Kuperingatkan kau… Berikan manuskrip itu kepadaku!! Aku beri kau waktu sampai besok pagi untuk memberikan manuskrip itu, jika tidak… rasakan akibatnya!!!” ia kembali membentakku dan lantas pergi meninggalkanku begitu saja bersama dengan para preman.

Walaupun ada preman yang menemani gadis itu, tetap saja ada yang mengawasiku, walaupun jumlahnya hanya sekitar 4 – 6 orang. Aha, aku mempunyai ide yang cemerlang.

Aku berpura-pura tidur, agar para preman mulai lengah dalam mengawasiku. Ketika mereka mulai lengah dan tertidur, aku menggigit tali yang diikat di tanganku. Lama kelamaan tali tersebut terlepas, dan tidak perlu menunggu lama bagiku tangan dan kakiku terlepas dari ikatan tali tersebut.

Aku mengendap-ngendap secara perlahan dan menuju tangga menuju lantai atas, sebab aku dikurung di lantai basement (lantai bawah tanah). Ketika aku sudah sampai di atas, aku membuka jendela bangunan itu dan keluar secara perlahan dan mengendap-ngendap. Aku segera berjalan menjauh dan mencari taksi menuju penginapanku. Aku sengaja memberhentikan taksi jauh-jauh dari rumah gadis itu agar tidak terdengar suara mesin mobil yang berhenti.

Akhirnya aku sampai di penginapanku. Sejak saat itu, aku merasa harus lebih waspada dengan orang-orang yang berada di sekitarku.

Keesokan harinya, aku mempersiapkan diri untuk terbang, lantas memanggil taksi menuju Bandara Internasional Guangzhou Baiyun. Aku pergi ke Turki berbekal dengan nomor telepon yang diberikan oleh pembantu di rumah Mr. Yin, aku pergi ke Turki.

Advertisement

One response to “Detektif Aji #4 – 中国”

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Create a website or blog at WordPress.com

%d bloggers like this: