Design a site like this with WordPress.com
Get started

Throwback: Kompetisi Sains Madrasah 2021

Kompetisi Sains Madrasah adalah sebuah lomba akademik yang digelar oleh Kementerian Agama dalam bidang IPS, IPA, dan matematika. Tujuannya well, dilansir dari Kemdikbud adalah untuk mencari ‘bakat’ para pelajar yang mempunyai ‘talenta’ di bidang ini. Pada tahun 2021 aku mengikuti lomba ini (jenjang SMP/MTs) dan sukses mendapatkan medali perunggu di tingkat Nasional.

Background

Alasan utama aku mengikuti lomba akademik ini karena tidak ada SMA yang masuk dalam zonasi tempat tinggalku. SMA terdekat, jaraknya sekitar 1.8 kilometer. Sementara itu, siswa terjauh yang bisa diterima di SMAN tersebut adalah 1.7 kilometer tahun kemarin.

Maka dari itu, aku harus masuk SMA tersebut dari jalur prestasi. Apa yang diperlukan? Sertifikat lomba berjenjang yang harus diadakan atau diakui oleh pemerintah setempat. Jadi, jika aku mengikuti lomba yang tidak diadakan pemerintah meskipun mencapai tingkat internasional, aku tidak bisa memakai sertifikatnya untuk masuk ke SMA dekat rumah. Such a shame.

Bagaimana dengan jalur afirmasi? Aku tidak bisa mengajukan surat ‘miskin’ seenaknya ke RT setempat, karena memang banyak orang yang lebih membutuhkan. Beberapa guru di sekolahku menganjurkan pilihan itu, namun tentu saja itu tidak etis.

Lomba ini sudah ada di dalam benakku semenjak masuk MTs. Aku sadar bahwa kemampuan dalam belajar akademik umum (sehari-hari) tidak terlalu bagus, jadi tentu saja tidak bisa mengikuti prestasi jalur nilai rapot.

Permulaan

Di awal kenaikan kelas 8 ke 9, guru di sekolahku melakukan pemilihan siswa yang akan mewakili MTs untuk maju ke Kompetisi Sains Madrasah (KSM) tahun 2021-2022. Aku terpilih untuk mewakili lomba tahunan ini di bidang matematika. Setelah dipikir-pikir, walau sudah sedikit mengetahui dengan soal olimpiade matematika, kemungkinan untuk ‘lolos’ ke babak selanjutnya minim.

Selanjutnya, aku memutuskan untuk banting stir ke dalam bidang yang belum pernah aku sentuh sebelumnya, bidang sosial. Keputusan ini membuat guru di sekolah kaget, dan bahkan sedikit menolak. Setelah beberapa kali proses tarik ulur, akhirnya aku menjadi perwakilan lomba KSM bidang IPS.

Aku latihan menggunakan soal-soal yang didapat dari mesin pencari. Berbeda dari teknik mengerjakan soal pada umumnya, karena soal ini adalah soal logika, aku berdiskusi dengan ibuku, sehingga bisa menghasilkan berbagai opini yang bagus dari POV yang berbeda. Dari opini2 ini, dipilih mana yang paling masuk akal dan sesuai konteks, lantas mencatatnya sebagai jawaban yang benar.

Ternyata, langkah ini cukup tepat dalam menajamkan ‘feeling’ dalam memilih pilihan jawaban. Sehingga, pada saat lomba berlangsung, aku mendapat banyak ide jawaban, lantas hanya menyambungkan jawaban2 tersebut dengan fakta yang ada. Sayangnya, aku tidak menghafalkan ayat2 Quran yang berhubungan dengan masalah-masalah umum (seperti jual beli, makanan halal/haram), sehingga ketika ada soal yang jawabannya berbahasa arab semua, aku hanya bisa skip.

Sistem penilaiannya adalah sebagai berikut:

  • 4 poin untuk jawaban benar
  • 0 poin untuk jawaban salah
  • 1 poin untuk tidak menjawab

Karena skoring seperti ini, aku memakai prinsip “lebih baik gak jawab daripada kalo jawab ragu terus ga dapat poin sama sekali”. Sebetulnya ini adalah trik ‘main aman’.

Seleksi lomba tingkat Kabupaten & Provinsi

Bulan Agustus 2021, tepatnya tanggal 21-23, lomba ini dilaksanakan secara online di sekolah masing-masing. Tidak ada masalah teknis, dibandingkan pada saat uji coba satu hari sebelumnya. Seperti saat mengerjakan ulangan harian, pasti selesai sebelum waktu habis. Bedanya adalah, di lomba ini ada kamera yang mengawasi secara real-time. Agak awkward, apalagi facecam kita diliatin di sidebar soal.

Waktunya sekitar 2 jam, aku diberikan soal yang berjumlah 40-50. Seperti ketika mengerjakan ulangan (selain matematika dan IPA), peserta selesai sebelum waktunya habis. Tentu saja yang dilakukan adalah mengecek kembali soal (recheck) barangkali ada yang terlewat. Selanjutnya aku gabut, sebuah kegiatan dimana saya duduk dan tidak ngapa-ngapain sambil menunggu waktu habis.

Di lomba ini pengawas yang berada di ruangan hanya duduk sambil memainkan handphone, bahkan terkadang keluar ruangan. Mereka sepertinya sangat percaya dengan sistem webcam yang ada di depan layar komputer peserta. Aku sendiri sebetulnya tidak tau bagaimana sistem kerjanya, karena rasanya tidak mungkin panitia Nasional mengawasi segitu banyak orang dalam waktu yang bersamaan.

Di aplikasi lomba, ada layanan helpdesk jika peserta mengalami kendala saat mengerjakan soal. Aku menghubungi mereka beberapa kali, tentang masalah seperti delay lomba (walaupun aku sudah tau sebabnya karena server error). Terkadang aku hanya iseng memberikan semangat kepada tim IT, karena aku tahu bahwa pekerjaan ini sulit, apalagi, literasi digital di Indonesia masih rendah. Jadi, untuk mengatasi masalah yang mudah saja (seperti aplikasi lag/hang) peserta langsung buru-buru ngespam helpdesk (btw ini hanya asumsi aku aja ya).

Sekitar setengah jam sebelum tenggat waktu, peserta lomba akhirnya diperbolehkan untuk meninggalkan ruangan. Keluar dari ruangan, aku disambut oleh bu kamad (kepala madrasah) yang sudah membawa chiki yang dibeli di Indomaret. Agak cringe karena diliatin sama ibuk-ibuk lain, walaupun tetap lebih aneh that one guy yang ortunya dateng bawa kakek&neneknya (im serious)

Lantas apa? Tentu saja pulang ke rumah. Done. Tinggal menunggu hari pengumuman (read: menghabiskan 1 hari utk merenung kekalahan). Di samping lomba ini, tentu saja kegiatan PJJ masih berlangsung. Aku juga mengikuti kegiatan riset MYRES 2021. Kegiatan ini adalah kegiatan membuat karya tulis ilmiah (riset) dalam berbagai bidang. Agar ‘sesuai’ dengan lomba KSM yang sedang aku jalani, aku memutuskan untuk melakukan riset di bidang ilmu sosial. Setelah beberapa waktu melakukan tarik ulur tentang penelitian apa yang harus dibuat, aku memutuskan untuk membahas pengaruh PJJ terhadap kebiasaan siswa di sekolahku.

Tak lama setelah waktu menulis dimulai, aku terkena Covid-19. Karena penyakit ini cukup ganas, aku hanya bisa mengerjakan proposal setengah-setengah. Dalam artian, aku tidak bisa fokus dalam mengerjakan proposal ini. Setelah ngaret beberapa waktu, akhirnya penelitian ini bisa selesai, meskipun menurutku hasilnya tidak memuaskan. Jika kamu ingin melihat proposalnya, berikut link downloadnya:

You’ve probably guessed it. Tentu saja aku tidak lolos di babak penyisihan. Padahal, aku lebih yakin dengan penelitian ini dibandingkan dengan lomba KSM yang tentu saja memerlukan pemikiran yang cemerlang.

Pagi-pagi sekitar jam 5an (pada hari pengumuman) aku ngecek situs lomba (or as they call “Portal KSM”) dan ternyata aku lolos ke provinsi dengan predikat juara 1. Dini, salah satu teman saya yg mengikuti lomba KSM bidang matematika juga lolos juara 3, walaupun perwakilan dari bidang IPA tidak bisa memenangkan juara 1, 2, ataupun 3. Now, welcome to the Realm of Provinsi battle. I will bersaing dengan beberapa sekolah ternama di Banten, setidaknya Al-Azhar, Nurul Fikri, etc.

Penyerahan penghargaan (or as they said, ‘Apresiasi’) dilakukan di MTs saya. This is purely coincidence. Dengan bangganya petinggi MTs ‘bersinar’ dihadapan para pejabat Kemenag Kab.Serang. Di acara ini Aku bertemu dengan seorang alumni (Kak Felia) yang ternyata juga memenangkan juara dalam tingkat MA/Matematika. Sebelumnya, Kak Fel merupakan salah satu teman saya ketika mengikuti lomba. Sekitar kelas 7 tengah-akhir aku mengikuti banyak lomba matematika yang mbuh apa namanya dan siapa yang bikin. Biasanya perginya itu rombongan (naik mobil 1 atau 2 biji) saking banyaknya yang ikut.

Me (feat Kak Fel)

Karena selisih 2 tahun (kelas), apalagi ditambah dengan pandemi Covid yang muncul sekitar 2020 awal pas saya kelas 7 semester 2, aku hampir tidak pernah bertemu dengan Ka Fel lagi, karena lomba pun mendadak hilang dari bumi, digantikan oleh lomba online. Back to topic. Setelah sambutan yang begitu panjang penyerahan piala tiba, tidak ada yang begitu spesial, hanya sekedar foto-foto saja jadi langsung ceritanya di skip ya.

KSM tingkat provinsi ini dilaksanakan di salah satu Madrasah Aliyah (MAN) yang telah disiapkan oleh Kanwil Kemenag Banten. Dalam perjalanan berangkat menuju tempat lomba, kepala sekolah yang menyopiri berkata “jika kamu menang, nanti akan ibu kasih 2 juta cash” sambil mengeluarkan beberapa uang lembar seratusan dari dompetnya. Menarik juga, tapi tentu saja itu bukan alasanku untuk mengikuti lomba ini.

Di lomba tingkat provinsi ini, terlihat typical nerd pake kacamata alias tipikal anak pintar. Aku agak keder, karena biasanya orang-orang yang penampilannya begitu jago sampai kancah luar negeri. Pada saat pengerjaan soal, aku lebih fokus dengan orang-orang sekitar yang terlihat tekun dibanding dengan soal yang kukerjakan. Sigh.

Tidak kusangka aku lolos ke tingkat Nasional, meraih juara 1 di tingkat provinsi. Ini diluar perkiraanku. Aku kira, paling jauh aku akan mendapatkan juara 2 atau 3, apalagi mengingat lawannya adalah siswa-siswi terbaik dari Tangerang (read: Jakarta wannabe). Momen ini menurutku adalah peak moment dari kegiatan lomba ini.

Me & the big trophy (feat Kakanwil)

Apresiasi tidak hanya dari guru sekolah, namun juga dari instansi penyelenggara lomba ini, Kemenag. Aku diundang ke acara ‘Apresiasi Pemenang’ yang diadakan di Kanwil Kemenag Banten di daerah KP3B. Ini adalah kali pertamaku mengunjungi sebuah instansi pemerintah di hari kerja (kecuali ketika mengurus KIA di disdukcapil serta menemani ayah memperpanjang STNK & SIM).

Di event ini aku bertemu dengan beberapa pejabat Kementerian Agama. Tidak banyak yang menarik dari acara ini, selain hadiah berupa ponsel Itel A26 serta piala besar. Satu bulan kemudian, mulailah kompetisi “utama”.

Bagaimana kelanjutannya? Sebetulnya pos ini memang ditargetkan untuk selesai pada hari ini ketika aku bertransformasi menjadi 15 tahun, tapi sayangnya proses bikinnya ngaret karena aku sedang ngurus pendaftaran SMA + emang males aja. Cerita ini akan dilanjutkan di pos yang lain, so stay tuned. Bye for now.

Advertisement

One response to “Throwback: Kompetisi Sains Madrasah 2021”

  1. Seru dan jadi pengalaman yg tak terlupakan ya.

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Create a website or blog at WordPress.com

%d bloggers like this: